Sabtu, 25 Januari 2014
Selasa, 21 Januari 2014
Pembelajaran Tatap Muka, Tugas Terstruktur dan Tugas Mandiri Tidak Terstruktur
Beban belajar diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sistem :
- Tatap Muka (TM)
- Penugasan Terstruktur (PT)
- Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur (KMTT)
Prinsip Pembelajaran Berbasis Kompetensi
1. Berpusat pada peserta didik;
2. Pembelajaran terpadu;
3. Memahami keunikan peserta didik;
4. Menerapkan prinsip pembelajaran tuntas;
5. Pemecahan masalah;
6. Multi strategi; Guru sebagai fasilitator, motivator, dan nara sumber
Penjelasan
Pembelajaran Tatap Muka (TM) :
Kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi langsung antara peserta didik dan pendidik
Penugasan Terstruktur (PT) :
Kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang guru untuk mencapai kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh guru. Dalam kegiatan ini tidak terjadi interaksi langsung antara guru dengan peserta didik
Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur (KMTT) :
Kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang guru untuk mencapai kompetensi . Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh peserta didik dan tidak terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik
Sumber: Bintek KTSP 2009
Contoh Tugas Terstruktur dan Tugas Mandiri Tidak Terstruktur
Tugas Terstruktur
Tugas Mandiri Tidak Terstruktur
Sabtu, 18 Januari 2014
KURIKULUM 2013
PMA No. 42 Tahun 2014 Tentang Pencabutan PMA No. 2 Th. 2008 Ttg SKL& SI PAI & B. Arab
KMA No. 165 Tahun 2014 Tentang Pedoman Kurikulum Madrasah 2013 Mapel PAI & B. Arab
Lampiran KMA No. 165 Tahun 2014
KMA No. 117 Th. 2014 Tentang Implementasi Kurikulum 2013 di Madrasah
SK Dirjen Pendis No. 2676 Th. 2013 Tentang Kurikulum 2013 PAI
Lampiran SK Dirjen Pendis No. 2676 Th. 2013
Kurikulum 2013 Kemdikbud Bagian 2
Permendikbud No. 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar
Permendikbud No. 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar & Menengah
Permendikbud No. 79 Tahun 2014 Tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013
Permendikbud No. 63 Th. 2014 Ttg Kepramukaan
Permendikbud No. 62 Th. 2014 Ttg Kegiatan Ekstrakurikuler
Permendikbud No. 61 Th. 2014 Ttg KTSP
Permendikbud No. 57 Tahun 2014 ttg Kurikulum 2013 SD
Permendikbud No. 51 Th. 2014 Tentang Buku Teks Pelajaran Kls. 2 & 5
Permendikbud No. 38 Th. 2014 Tentang Buku Teks Pelajaran Kls. 1 & 4 Smt 2
Kurikulum 2013 Kemdikbud Bagian 1
Permendikbud No. 71 Th. 2013 Tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru
Permendikbud No. 66 Th. 2013 Tentang Standar Penilaian
Lampiran Permendikbud No. 66 Th. 2013
Permendikbud No. 65 Th. 2013 Tentang Standar Proses
Lampiran Permendikbud No. 65 Th. 2013
Permendikbud No. 64 Th. 2013 Tentang SI
Lampiran Permendikbud No. 64 Th. 2013
Permendikbud No. 54 Th. 2013 Tentang SKL
Lampiran Permendikbud No. 54 Th. 2013
Senin, 06 Januari 2014
Bahan Ajar
Cakupan Bahan Ajar :
- Judul, MP, SK, KD, Indikator, Tempat
- Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
- Tujuan yang akan dicapai
- Informasi pendukung
- Latihan-latihan
- Petunjuk kerja
- Penilaian
Sabtu, 04 Januari 2014
Karakteristik Penilaian Pada Kurikulum 2013
- Belajar Tuntas
- Otentik
- Berkesinambungan
- Berdasarkan acuan kinerja/Patokan dan
- Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian.
- Belajar Tuntas. Atau disebut Mastery Learning sama seperti ciri penilaian kelas pada KTSP adalah bahwa peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar. Untuk mencapai kompetensi yang ditentukan, peserta didik harus mendapat bantuan yang tepat dan diberi waktu sesuai dengan yang dibutuhkan (John B. Carrol). Peserta didik yang belajar lambat perlu diberi waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya. Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4), peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan atau kompetensi berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.
- Penilaian Otentik. Penilaian otentik dapat dikeompokkan menjadi 1). Memandang penilaian dan pembelajaran adalah merupakan dua hal yang saling berkaitan. 2). Harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. 3). Menggunakan berbagai cara dan kriteria. 4). Holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
- Penilaian berkesinambungan. Penilaian dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan. Contohnya adalah ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester.
- Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi. Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri.
- Berdasarkan acuan kriteria. Penilaian berdasarkan acuan kriteria maksudnya penilaian harus didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan belajar minimal (KKM), yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung (sarana dan guru), dan karakteristik peserta didik.
Selasa, 17 Desember 2013
Pengertian Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi Dalam Pembelajaran
- Eksplorasi adalah kegiatan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru.
- Elaborasi adalah penggarapan secara tekun dan cermat.
- Konfrimasi adalah pembenaran, penegasan, dan pengesahan
- menggali informasi dengan membaca, berdikusi, atau percobaan
- mengumpulkan dan mengolah data
- menggunakan berbagai pendekatan dan media
- memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, dan peserta didik dengan sumber belajar
- melibatkan peserta didik secara aktif
- melaporkan hasil eksplorasi secara lisan atau tertulis, baik secara individu maupun kelompok
- menanggapi laporan atau pendapat teman
- mengajukan argumentasi dengan santun
- memfasilitasi peserta didik untuk berpikir kritis, menganalisis, meemcahkan masalah,
- bertindak tanpa rasa takut
- memfasilitasi peserta didik untuk berkompetisi
- melakukan refleksi terhadap pengalaman belajarnya
- memberi umpan balik positif kepada peserta didik
- memberi konfirmasi melalui berbagai sumber terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi
- berperan sebagai narasumber dan fasilitator
- memberi acuan agar peserta didik melakukan pengecekan hasil ekplorasi
- memberi motivasi kepada peserta didik
Sumber : alenmarlissmpn1gresik.wordpress.com/
Senin, 16 Desember 2013
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Esensi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Kaidah-kaidah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
-
Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif
guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
-
Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,
analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
-
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari
substansi atau materi pembelajaran.
-
Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon substansi atau materi pembelajaran.
-
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapatdipertanggung-jawabkan.
-
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem penyajiannya.
-
Intuisi. Intuisi sering dimaknai sebagai kecakapan praktis yang
kemunculannya bersifat irasional dan individual. Intuisi juga bermakna
kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki oleh seseorang atas dasar
pengalaman dan kecakapannya. Istilah ini sering juga dipahami sebagai
penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara cepat dan
berjalan dengan sendirinya. Kemampuan intuitif itu biasanya didapat
secara cepat tanpa melalui proses panjang dan tanpa disadari. Namun
demikian, intuisi sama sekali menafikan dimensi alur pikir yang
sistemik.
-
Akal sehat. Guru dan peserta didik harus menggunakan akal sehat
selama proses pembelajaran, karena memang hal itu dapat menunjukan ranah
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang benar. Namun demikian, jika
guru dan peserta didik hanya semata-mata menggunakan akal sehat dapat
pula menyesatkanmereka dalam proses dan pencapaian tujuan pembelajaran.
-
Prasangka. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh
semata-mata atas dasar akal sehat (comon sense) umumnya sangat kuat
dipandu kepentingan seseorang (guru, peserta didik, dan sejenisnya) yang
menjadi pelakunya. Ketika akal sehat terlalu kuat didomplengi
kepentingan pelakunya, seringkali mereka menjeneralisasi hal-hal khusus
menjadi terlalu luas. Hal inilah yang menyebabkan penggunaan akal sehat
berubah menjadi prasangka atau pemikiran skeptis. Berpikir skeptis atau
prasangka itu memang penting, jika diolah secara baik. Sebaliknya akan
berubah menjadi prasangka buruk atau sikap tidak percaya, jika diwarnai
oleh kepentingan subjektif guru dan peserta didik.
-
Penemuan coba-coba. Tindakan atau aksi coba-coba seringkali
melahirkan wujud atau temuan yang bermakna. Namun demikian, keterampilan
dan pengetahuan yang ditemukan dengan caracoba-coba selalu bersifat
tidak terkontrol, tidak memiliki kepastian, dan tidak bersistematika
baku. Tentu saja, tindakan coba-coba itu ada manfaatnya bahkan mampu
mendorong kreatifitas.Karena itu, kalau memang tindakan coba-coba ini
akan dilakukan, harus diserta dengan pencatatan atas setiap tindakan,
sampai dengan menemukan kepastian jawaban. Misalnya, seorang peserta
didik mencoba meraba-raba tombol-tombol sebuah komputer laptop,
tiba-tiba dia kaget komputer laptop itu menyala. Peserta didik pun
melihat lambang tombol yang menyebabkan komputer laptop itu menyala dan
mengulangi lagi tindakannya, hingga dia sampai pada kepastian jawaban
atas tombol dengan lambang seperti apa yang bisa memastikan bahwa
komputer laptop itu bisa menyala.
-
Asal Berpikir Kritis. Kamampuan berpikir kritis itu ada pada semua
orang, khususnya mereka yang normal hingga jenius. Secara akademik
diyakini bahwa pemikiran kritis itu umumnya dimiliki oleh orang yang
bependidikan tinggi. Orang seperti ini biasanya pemikirannya dipercaya
benar oleh banyak orang. Tentu saja hasil pemikirannya itu tidak
semuanya benar, karena bukan berdasarkan hasil esperimen yang valid dan
reliabel, karena pendapatnya itu hanya didasari atas pikiran yang logis
semata.
Minggu, 08 Desember 2013
PENILAIAN PRESTASI KERJA PNS
Peraturan Pemerintah No. 46 Th. 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS
Perka BKN No. 1 Th. 2013 Tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No. 46 Th. 2O11
Panduan Penyusunan SKP
PermennegPAN&RB No. 16 Th. 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru & Angka Kreditnya
Buku Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
2. Buku Materi Pelatihan Guru Kelas 4 Tahun 2013
3. Buku Materi Pelatihan Guru Kelas 1 Tahun 2014
4. Buku Materi Pelatihan Guru Kelas 4 Tahun 2014